Tulisan ini berasal dari majalah resmi pemerintah “Madjalah
Penerangan Sumatera
Tengah” No. 112, 15 Djuli 1953, tahun IV dengan judul
tulisan “PAHLAWAN NASIONAL AZIZ CHAN”
Melihat judul tulisan di atas serta suara-suara yang berkembang
belakangan ini agar beliau diusulkan sebagai “Pahlawan
Nasional”, hemat penulis sebelum permintaan itu disampaikan,
ada baik diteliti terlebih dahulu mengapa sampai ada judul
majalah pemerintah tahun 1953 itu seperti demikian.
Walikota Padang Pertama Pemerintah Inggris di London mengumumkan
akan menarik pasukannya dari seluruh wilayah Indonesia mulai
tanggal 30 Nopember 1946. Sementara itu pihak Belanda atau
yang lebih dikenal dengan sebutan NICA (Netherland Indies
Civil Administration) yang semula membonceng pendaratan
pasukan Sekutu (baca Inggris) ke Indonesia untuk melucuti
serdadu Jepang yang kalah perang, mengambil alih kekuasaan
di daerah-daerah yang ditinggalkan pasukan sekutu (Inggris)
tersebut. Di antara yang diambil alih itu ialah kota Padang.
Anas Nafis, Pahlawan Nasional Bagindo Aziz Chan Di kota yang
dipenuhi pasukan asing (termasuk serdadu Belanda) inilah Bagindo
Aziz Chan ditugaskan sebagai Wali Kota oleh Pemerintah Republik
Indonesia.
Sungguh penempatan yang amat berani, penuh resiko, bahkan
dapat dikatakan tidak masuk akal. Anas Nafis, Pahlawan Nasional
Bagindo Aziz Chan Mengenai dipilihnya Bagindo Aziz Chan selaku
Wali Kota Padang ini, buya Hamka mengatakan: Setelah Pemerintah
Belanda meluaskan kekuasaan di kota Padang dan sekitarnya,
TRI (Tentara Republik Indonesia) mundur ke daerah “darat”
(pedalaman), namun tempat-tempat penting masih dalam kekuasaan
Pemerintah Republik Indonesia. Anas Nafis, Pahlawan Nasional
Bagindo Aziz Chan Ketika dipertimbangkan siapa yang akan diangkat
menjadi Wali Kota Padang, sebab markas tentara dan Pemerintah
Republik telah dipindahkan ke Bukit Tinggi, seorang pun tidak
ada yang berani. Akhirnya jatuhlah pilihan kepada Bagindo
Aziz Chan. Jabatan penting yang berbahaya ini, diterima beliau
dengan ucapan Bismillah.